JABAR EKSPRES – Dokter Rayendra mengajak penduduk Kota Bogor untuk bersama-sama melawan stunting.
Dokter pendiri Gerakan Bogor Sehat tersebut memberikan pendidikan kepada penduduk di Kelurahan Sukaresmi, Kota Bogor, agar menghilangkan mitos tentang konsumsi makanan telur yang berlebihan.
Dia menilai bahwa stigma lama yang mengatakan “anak-anak sebaiknya tidak banyak makan telur karena khawatir akan timbul bisul” tidaklah benar. Ajaran tersebut dulu ditanamkan oleh penjajah kolonial.
Menurutnya, secara klinis terbukti bahwa telur mengandung protein yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.
“Itu doktrin zaman penjajahan kolonial yang dipopulerkan agar masyarakat kita bodoh, agar anak-anak kekurangan protein,” ungkapnya saat mengisi seminar Kesehatan di Kelurahan Sukaresmi, Kota Bogor, Senin, 10 Juli 2023.
Dalam penjelasannya, Dokter Raendi Rayendra mengajak semua orang tua, terutama ibu-ibu, untuk memperhatikan pemberian gizi yang mencukupi bagi anak-anak mereka.
Dianjurkan untuk mengonsumsi protein yang cukup, terutama bagi anak-anak di bawah dua tahun, karena masa ini merupakan periode penting untuk pertumbuhan dan perkembangan.
“Cukup Dua Telur. Ayo cukupi gizi anak dan perangi stunting bersama,” tegasnya.
Sementara itu, Lukas Sukaresmi mengajak ratusan warga yang hadir untuk meningkatkan kesadaran pentingnya pencegahan stunting.
“Pengetahuan warga bertambah dan sangat berguna . Selamatkan anak bangsa dari stunting dengan konsumsi gizi yang cukup,” jelasnya.
Diketahui, tercatat angka stunting di Kota Bogor dua tahun terakhir mengalami kenaikan.
Melansir data dari situs resmi Kota Bogor, angka stunting di Kota Bogor tercatat sebanyak 16 persen menjadi 18,7 persen, dan menjadi keharusan turun ditargetkan 14 persen di tahun ini.
BACA JUGA: Cegah Stunting di Bogor, Dokter Rayendra Galakan Konsumsi Dua Telur Sehari
Stunting adalah kondisi yang terjadi pada anak-anak yang mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan yang terhambat akibat kekurangan gizi yang berkelanjutan, terutama pada masa 1.000 hari pertama kehidupan, yaitu mulai dari sejak dalam kandungan hingga usia 2 tahun.
Kekurangan gizi ini dapat terjadi akibat kurangnya asupan nutrisi yang memadai, infeksi berulang, serta lingkungan yang tidak sehat dan tidak mendukung pertumbuhan optimal.